Penerbit Aseni
Penerbit Aseni
Penerbit Aseni

DETAIL BUKU

Rp 75.000
Judul : Break to Barek – Jilid Pertama: Titik Impak Pertama
Seri : -
ISBN : -
Pengarang : Amandi
Terbit : 2023
Halaman : 307
Dimensi (mm) : 140x200
Sinopsis Ilustrasi cerita ini berawal dari jaman Kolonial Belanda yang membangun Irigasi Van der Wijck pada tahun 1909 di Kulon Progo, Yogyakarta. Kemudian dilanjutkan lagi pada era penjajahan Jepang hingga tahun 1945 - pada jaman tahta Sri Sultan Hamengku Buwono IX (12 April 1912 - 2 Okt 1988). Saat penjajahan Jepang irigasi ini dikenal dengan nama Kanal Yoshiro. Kini dikenal dengan selokan Mataram. Di pinggir selokan ini juga berbagai aktifitas d i l a ku ka n m a sya ra kat ya n g m e n g ga nt u n g ka n kehidupannya untuk menggapai cita-cita juga cintanya. Dalam novel ini memotret sosok mahasiswa di Yogyakarta pada tahun 80an hingga 90an. Dengan dibumbui aneka rupa kisah kegiatan masa kini dengan segala keunikannya di pinggir selokan ini. Mereka berasal dari keberagaman etnis dan budaya berkumpul untuk mewarnai seraya merajut kisah kemudian membentuk mozaik kehidupan. Akhirnya menjadi rangkaian kisah terkini dari kumpulan kepingan pernak - pernik cerita tempoe doeloe. Karena manusia merupakan makhluk sosial dan dinamis, maka segala sesuatunya tak ada yang abadi. Sejalan seperti yang dikatakan oleh filsuf Yunani Herakleitos (540-475 SM). ”segala sesuatu akan berlalu dan tak ada yang abadi”. Saat raga melepas jiwa, namun jiwa itu tetap abadi - hal itu menurut Filsuf Yunani Plato (427-347SM). Dalam novel ini menceritakan juga pertarungan saat raga melepas jiwanya menjelang sakratul maut menjemputnya. Melalui katharsis! Pada sisi lain alam semesta (kosmos) sudah mengatur semua ritme kehidupan, meskipun awalnya hanya berupa sinyal, namun tetaplah tunduk pada kejadian alam walau dianggap irrasional. Pertanda itu menjadi kenyataan bila manusia memiliki kepekaan dan mengasahnya - sehingga mampu menangkap isyarat alam untuk menjadikannya pesan rasional. Perhelatan tradisi serta perjuangan hidup merupakan bagian untuk mengasah naluri - agar terciptanya suatu etika melalui jembatan budaya. Karena budaya merupakan embrio etika untuk menuju kepekaan. Akhirnya bisa melaksanakan kehendak Sang Pencipta. Tanpa etika dan kepekaan akan melahirkan manusia yang tidak peduli. Manusia cuek. Tunarasa!